Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.)
Antioxidant–free radical scavenging of flavonoid from The
Leaves of Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.
Titik Sunarni 1*), Suwidjiyo Pramono ²) dan Ratna Asmah ²)
1) Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta
2) Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstrak
Telah dilakukan uji aktivitas antioksidan penangkap radikal terhadap isolat flavonoid dari daun kepel (Stelechocarpus burahol). Ekstrak air daun dipekatkan kemudian disuspensikan dalam etanol untuk mendapatkan fraksi etanolik. Selanjutnya dilakukan kromatografi kertas berulang hingga diperoleh isolat murni secara kromatografi. Semua isolat diidentifikasi dengan kromatografi kertas, kecuali isolat B4b dilanjutkan identifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis, FT-IR and ¹H-NMR. Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode penangkapan radikal DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl).
Semua isolat flavonoid menunjukkan aktivitas antioksidan penangkap radikal DPPH. Isolat B4b mempunyai aktivitas paling kuat dengan nilai EC50
6.43 µg/mL. Hasil identifikasi menunjukkan isolat B4b sebagai flavon dengan gugus hidroksi pada C-3, C-7, C-3', C-4' and metil pada C-5.
Kata kunci : Stelechocarpus burahol, flavonoid, antioksidan, DPPH
Abstract
The activity testing of flavonoid compounds as antioxidant and as scavenger of free radical, isolated from the Stelechocarpus burahol leaves had been performed. The aqueous extract of the leaves was concentrated and then suspended in ethanol to produce ethanolic fraction. The fraction was chromatographed on several paper chromatography systems to produce isolate with chromatographic purity.The all isolated flavonoid was identified by paper chromatography system. Especially, the B4b isolate were identified further using spectrometer UV-Vis, FT-IR and ¹H-NMR. Their antioxidant activities were done by the DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) radical scavenging method.
The all isolated flavonoid showed activity as DPPH scavenger. Among these isolate, B4b exhibited a strong free radical scavenging with an EC50 value of 6.43 µg/mL. They were identified and B4b isolate was pressumed as flavon with hydroxyl group on C-3, C-7, C-3', C-4' and methyl on C-5.
Key words : Stelechocarpus burahol, flavonoid, antioxidant, DPPH
Pendahuluan
Perkembangan pengetahuan menunjuk- kan hubungan antara kimiawi radikal dengan keterlibatannya pada proses biologi normal ataupun pada beberapa penyakit yang
dihubungkan dengan ketuaan. Stres oksidatif, yang diinduksi oleh radikal, diketahui sebagai salah satu faktor penyebab penyakit degeneratif.
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain
Tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Kekhawa- tiran terhadap efek samping antioksidan sintetik (Rohdiana, 2001) maka antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih.
Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidasi lipid pada makanan. Beberapa tahun terkhir terjadi peningkatan minat untuk mendapatkan antioksidan alami. Studi menunjukkan senyawa fenolik seperti flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan penangkap radikal (Cos et al.., 2001; Gulcin et al., 2004).
Stelechocarpus burahol atau dikenal dengan nama kepel secara tradisionaldigunakan sebagai obat untuk menurunkan kadar asam urat dan diuretik. Sutomo (2003) melaporkan fraksi tidak larut petroleum eter dari ekstrak metanol daun kepel mampu menurunkan kadar asam urat dan hasil identifikasi menunjukkan adanya flavonoid. Menurut Cos et al., (1998) aktivitas flavonoid sebagai penurun kadar asam urat melalui penghambatan enzim xantin oksidase dari beberapa flavonoid selain dapat menghambat enzim xantin oksidase juga bersifat sebagai antioksidan penangkap radikal superoksida.
Sebagai upaya pencarian antioksidan alami, maka telah dilakukan penelitian kandungan flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun kepel. Potensi antioksidan penangkap radikal ditentukan menggunakan DPPH, suatu radikal stabil dalam larutan air atau metanol dan mampu menerima sebuah elektron atau radikal hidrogen untuk menjadi molekul diamagnetik yang stabil (Oke et al.,
2002; Hou et al., 2002). DPPH pada uji ini ditangkap oleh antioksidan yang melepaskan hidrogen, sehingga membentuk DPPH-H tereduksi. Warna berubah dari violet menjadi kuning dan diikuti penurunan serapan pada panjang gelombang 517 nm. Adanya penurunan serapan tersebut maka aktivitas antioksidan penangkap radikal dapat diketahui.
Metodologi Bahan
Daun kepel diambil dari Desa Karangbangun
Matesih Karanganyar saat tanaman berbunga pada
bulan Agustus 2004. Determinasi dilakukan oleh Laboratorium Morfologi & Sistematika Tumbuhan Universitas Setia Budi. Pelarut organik dan bahan pereaksi yang digunakan berderajat pro analisis.
Pembuatan fraksi etanolik
Serbuk daun kering 120 g direbus dalam panci infus dengan 1,32 L air selama 15 menit pada suhu 90°C kemudian disaring panas. Sari diuapkan di atas penangas air sampai kental kemudian ditambah etanol absolut sampai terjadi padatan kembali. Filtrat disaring dan dipekatkan dengan penguap vakum, selanjutnya disebut fraksi etanolik.
Isolasi flavonoid antioksidan penangkap radikal
Sebanyak 9 g fraksi etanolik dilarutkan dalam metanol dan ditotolkan pada kertas kromatografi Toyo no.51 membentuk garis. Kertas dikembangkan dengan fase gerak air kemudian dilanjutkan asam asetat 10%. Diperoleh dua bercak positif dengan uap amonia dan DPPH, yaitu bercak A dan B. Bagian kertas yang mengandung bercak A dan B dipotong membentuk pita-pita kertas. Masing- masing potongan direndam dalam metanol sambil digojok semalam kemudian disaring dengan kertas Whatman no 42. Filtrat diuapkan dan disimpan dalam eksikator hingga kering, diperoleh fraksi A (150 mg) dan fraksi B (180 mg).
Fraksi A di kromatografi pada kertas Toyo no. 51 menggunakan fase gerak jenuh air dari toluena-n-butanol-asam asetat diperoleh isolat A1 (80 mg). Kromatografi isolat B menggunakan fase gerak n-butanol-asam asetat-air (3:1:1) dengan dua kali pengembangan diperoleh bercak B2, B3, dan B4. Hasil perendaman bercak B2 di kromatografi menggunakan silika gel GF254 menggunakan fase gerak jenuh air dari toluena-n-butanol-asam asetat dan diperoleh isolat B2 (30 mg). Filtrat hasil perendaman bercak B3 dilakukan kromatografi kertas fase gerak n-butanol-asam asetat-air (3:1:1) diperoleh isolat B3 (8 mg). Bercak B4 direndam dalam metanol–air (4:6) dan filtrat direfluk dengan asam klorida 2N 60 menit. Filtrat hasil refluk dipartisikan dengan 150 mL eter sebanyak 3 kali. Bagian eter diuapkan dan di kromatografi kertas dengan n-butanol-asam asetat-air (3:1:1). Kromato- gram yang diperoleh menunjukkan dua bercak, B4a dan B4b. Potongan pita kedua bercak tersebut direndam dalam metanol dan selanjutnya filtrat diuapkan hingga kering dan diperoleh isolat B4a (10 mg) dan B4b (17 mg).
Penentuan golongan flavonoid
Kromatografi kertas digunakan untuk penentuan golongan flavonoid dari fraksi dan isolat yang diperoleh. Deteksi bercak dilakukan dibawah sinar UV366 dengan pendeteksi uap ammonia dan sitroborat. Deteksi aktivitas antioksidan dari bercak kromatografi dengan DPPH 0,2% dalam metanol. Kemurnian ditetapkan secara kromatografi lapis tipis fase diam silika gel GF254 dan kromatografi kertas menggunakan 4 jenis fase gerak yang berbeda polaritasnya.
Uji aktivitas antioksidan penangkap radikal
Semua isolat yang diperoleh dari hasil pemisahan secara kromatografi (isolat A1, B2, B3, B4a dan B4b) dilakukan uji aktivitas antioksidan penangkap radikal DPPH sesuai metode Kwon dan Kim (2003) dengan sedikit modifikasi. Larutan isolat dalam metanol pada beberapa konsentrasi (1-32 µg/mL) sebanyak 1,2 mL ditambah 0,3 mL larutan DPPH 0,5 mM dalam metanol sehingga volume total campuran 1,5 mL dan campuran dikocok kuat. Setelah didiamkan pada temperatur kamar selama 30 menit, sisa DPPH ditentukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 517 nm. Pengujian ini juga dilakukan pengukuran terhadap blanko (larutan DPPH yang tidak mengandung bahan uji) serta kontrol positif kuersetin.
Aktivitas penangkap radikal DPPH (%) dihitung dengan rumus: (Ablanko-Asampel) : Ablanko x
100 %. Data aktivitas (%) dianalisis dan dihitung nilai EC50 melalui analisis probit. EC50 adalah konsentrasi yang mampu menghambat 50% DPPH. Pengujian dilakukan dengan empat kali replikasi.
Identifikasi isolat
Isolat A1, B2, B3, B4a dan B4b diidentifikasi berdasarkan data kromatogram. Khusus untuk
isolat B4b identifikasi dilengkapi dengan data spektrum ultraviolet menggunakan pereaksi geser berdasarkan metode Markham (1988) dan Mabry et al. (1970), spektrum FT-IR dalam pellet KBr dan spektrum ¹H-NMR 90 MHz dalam DMSO-d6.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil uji aktivitas isolat sebagai antioksidan penangkap radikal
Aktivitas antioksidan penangkap radikal DPPH masing-masing isolat menunjukkan bahwa isolat A1 dan B4b mempunyai aktivitas antioksidan penangkap radikal yang relatif lebih tinggi dibandingkan ketiga isolat yang lain (Gambar 1). Kedua isolat tersebut pada konsentrasi 32 µg/mL mempunyai aktivitas penangkap radikal lebih dari 90%. Tiga isolat yang lain pada konsentrasi sama menunjukkan aktivitas yang lebih rendah. Isolat B3 dan B4a pada konsentrasi larutan uji 32 µg/mL bahkan belum mampu menangkap 50% radikal DPPH.
Berdasarkan profil data yang diperoleh, maka hanya isolat yang pada rentang kadar
1-32 µg/mL mampu menunjukkan aktivitas lebih dari 50 % saja yang dihitung nilai EC50, sedangkan isolat yang pada rentang kadar tersebut diatas menunjukkan aktivitas kurang dari 50% tidak dilakukan ekstrapolasi. Hasil pengujian menunjukkan isolat B4b mempunyai potensi antioksidan penangkap radikal dengan
Konsentrasi isolat (µg/mL)
Gambar 1. Aktivitas antioksidan penangkap radikal dari isolat
EC50 6,43 µg/mL. Aktivitas isolat B4b yang paling tinggi dibandingkan keempat isolat yang lain meskipun dengan isolat A1 selisih nilai EC50 hanya sebesar 0,42 µg/mL. Aktivitas anti- oksidan isolat B2 lebih rendah dibandingkan A1 dan B4b. Dua isolat yang kurang aktif sebagai antioksidan penangkap radikal adalah isolat B3 dan B4a. Nilai EC50 masing-masing isolat terlihat pada Tabel I.
Perbedaan aktivitas ini kemungkinan disebabkan masing-masing isolat yang diduga flavonoid tersebut mempunyai gugus hidroksi dengan jumlah dan lokasi pada kerangka flavonoid yang berbeda. Gulcin et al. (2004) dan Pokorni et al., (2001) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan dari senyawa alamiah yang berasal dari tanaman seperti flavonoid disebabkan adanya gugus hidroksi pada struktur molekulnya. Flavonoid dengan gugus hidroksi bebas mempunyai aktivitas penangkap radikal dan adanya gugus hidroksi lebih dari satu terutama pada cincin B akan meningkatkan aktivitas antioksidannya.
Hasil identifikasi isolat
Hasil identifikasi isolat A1, B2 dan B3 pada kromatografi kertas memberikan data tercantum pada Tabel II. Masing-masing isolat setelah hidrolisis menghasilkan bercak dengan nilai hRf yang berbeda dengan isolat awalnya. Hal ini menunjukkan ketiga isolat tersebut merupakan O-glikosida. Warna biru terang isolat A1 dibawah sinar UV 366 nm dan menjadi biru kehijauan setelah diberi uap amoniak kemungkinan suatu flavon, flavanon tanpa 5-OH atau flavonol tanpa 5-OH tetapi tersubstitusi pada 3-OH. Warna bercak isolat B2 dan B3 berwarna ungu gelap dibawah sinar UV 366 nm dan setelah diberi uap amoniak menjadi coklat kemungkinan suatu 5-OH flavon, flavanon atau flavonol (tersubstitusi pada 3OH).
Isolat B4a dan B4b merupakan hasil hidrolisis karena pada saat pemisahannya
dengan kromatografi kertas isolat tidak dapat larut dalam metanol sehingga digunakan metanol-air (4 : 6) kemudian filtrat yang
Tabel I. Nilai EC50 hasil pengujian aktivitas antioksidan isolat
diperoleh dihidrolisis. Data kromatogram isolat B4a dan B4b tercantum pada Tabel III. Nilai hRf bercak hasil pengembangan dengan asam asetat
15% dan BAA (4:1:5) mencerminkan bahwa kedua isolat suatu aglikon. Karakteristik bercak kromatogram kedua isolat di bawah sinar ultraviolet menunjukkan warna kuning dan setelah diuapi amoniak tidak menunjukkan perubahan warna, kemungkinan suatu flavonol
3-OH.
Identifikasi isolat B4b yang menunjukkan aktivitas antioksidan paling tinggi dilanjutkan menggunakan spektrofotometer UV, FT-IR dan 1H-NMR dengan hasil pada Tabel IV, V dan VI. Berdasarkan identifikasi menggunakan
Tingginya aktivitas antioksidan B4b dibanding isolat lainnya kemungkinan adanya gugus o-diOH dan 3-OH bebas. Hal ini sesuai dengan Cos et al. (1998) yang menyatakan keberadaan gugus 3-OH dan 3'-OH pada cincin B dapat dihubungkan dengan aktivitas anti- oksidan penangkap radikal yang tinggi. Adanya gugus hidroksi pada cincin B dari isolat B4b merupakan sisi aktif utama dalam memutus rantai oksidasi dan gugus hidroksi ganda pada cincin B lebih meningkatkan aktivitasnya.
Kesimpulan
Diperoleh 5 isolat dari daun S. burahol. Semua isolat mempunyai aktivitas antioksidan penangkap radikal dan B4b merupakan isolat paling aktif dengan EC50 6,43 µg/mL. Identifikasi B4b menunjukkan 3,7,3',4'- tetrahidroksi-5-metil flavon.
Daftar Pustaka
Cos ,P., Ying, L., Calomme, M., Hu, J.P., Cimanga, K., Poel, B.V., Pieters, L., Vlietinck, A.J., and Berghe, D.V., 1998, Structure-Activity Relationship and Classification of Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and Superoxide Scavengers, J.Nat. Prod., 61 : 71-76.
Cos, P., Calomme, M., Sindambiwe, J.B., Bruyne, T.D., Cimanga, K., Pieters, L., Vlietinck, A.J., and Berghe, D.V., 2001, Cytotoxicity and Lipid Peroxidation-Inhibiting Activity of Flavonoids, Planta Med., 67 : 515-519.
Gulcin, I., Uguz, M.T., Oktay, M., Beydemir, S., and Kufrevioglu, O.I., 2004, Evaluation of the
Antioxidant and Antimicrobial Activities of Clary Sage (Salvia sclarea L.), Turk I. Agric. For., 28: 25-33.
Hou, W.C., Hsu, F.L. and Lee, M.H., 2002., Yam (Dioscorea batatas) Tuber Mucilage Exhibited
Antioxidant Activities in vitro, Planta Med., 68: 1072 – 1076.
Kwon, Y.S., and Kim, C.M., 2003, Antioxidant Constituents from the Stem of Sorghum bicolor, Arch.
Pharm. Res., 26 (7) : 535 – 539.
Mabry, T.J., Markham, K.R. and Thomas, M.B., 1970, The Systematic Identification of Flavonoid,
pp. 1-343, Springe-Verlag, New York.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-103. terjemahan Kosasih Padmawinata, Bandung, Penerbit ITB.
Oke, J.M. and Hamburger, M.O., 2002, Screening of Some Nigerian Medicinal Plants For
Antioxidant Activity Using 2,2, Diphenyl-Picryl-Hydrazyl Radical, AJBR, 5 : 77-79. Pokorny, J., Yanishlieva, N. and Gordon, M., 2001, Antioxidants in Food, Practical Applications, 1-123,
Wood Publishing Limited, Cambridge, England.
Rohdiana, D., 2001, Radical Scavengers Activity of Tea Polyphenol, Majalah Farmasi Indonesia,
12(1) : 53 – 58.
Sutomo, 2003, Penurunan asam urat darah ayam jantan Braille hiperurisemia oleh fraksi ekstrak metanol daun kepel (Stelechocarpus burahol, Hook f. & Th.), Tesis, Pasca Sarjana, Prodi Ilmu Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
* Korespondensi :Titik Sunarni, M.Si., Apt. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
Jl. Letjen Sutoyo Mojosongo – SOLO, - 57127, Telp. 0271-852518, HP:08121520941
E-mail: farmasi_usbsolo@yahoo.co.id.
terdapat beberapa massalah dari artikel yang saya baca
BalasHapussilahkan jika ada teman-teman ingin menanggapi
masalahnya adalah sebagai berikut
pada uji aktivitas antioksidan penangkap radikal terhadap isoflavonoid dari daun kepel mengapa disuspensikan
dalam etanol untuk mendapatkan fraksi etanolik
dan
mengapa pada identifikasi dengan spektrofotometer menggunakan 3 spektrofotometer, yaitu UV-Vis, FT-IR, dan
1H-NMR
apa yang menjadi dasar untuk melakukan uji aktivitas antioksidan yang dilakukan dengan penangkapan sinar DDPH
dengan ini diskusi bisa kita mulai (Reza)